Sunday, August 23, 2015

Liburan Musim Panas 2015: Honshu, Shikoku, Kyushu dalam 14 hari (part 2)

Selama tiga hari di pulau Kyushu, saya dan hubby menginap di camping ground di kaki gunung Kuju, lalu pindah ke pulau kecil Nokama karena besoknya mau menyeberang ke Nagasaki. Sampai di Nagasaki masih siang, langsung menuju museum bom atom. Museumnya sangat keren dan mendokumentasi dengan baik tentang peristiwa bom atom tanggal 9 Agustus 1945 yang jatuh di kota ini, juga informasi lengkap dengan pengembangan teknologi bom atom yang saat ini sedang dikampanyekan untuk dihapus. 

Replika "Fatman", bom atom yang dijatuhkan di Nagasaki

Buat yang hobi wisata sejarah, di Nagasaki juga ada Dejima, pulau buatan di jaman Edo (pemerintahan Shogun Tokugawa) untuk berdagang dengan Belanda selama 200 tahun. Saya baru tahu kalau hasil bumi kita saat dijajah Belanda selama 350 tahun banyak yang dibawa ke Nagasaki.

Di Nagasaki kita sengaja menginap di hotel di atas bukit supaya bisa menikmati pemandangan kota di malam hari, yang katanya termasuk night view terbaik di Jepang. 

View kota Nagasaki dari jendela hotel


Tiba saatnya meninggalkan pulau Kyushu kembali menuju pulau Honshu, menyetir 400an km dari Nagasaki ke Hiroshima. Sampai di Hiroshima sudah cukup sore, tapi masih sempat melihat-lihat kastil Hiroshima sambil mencari coin laundry. Saya dan hubby hanya membawa stok pakaian untuk seminggu, sedangkan kita traveling selama dua minggu. Apalagi saat musim panas baju jadi cepat bau keringat dan pengen sering ganti baju. Coin laundry jadi penyelamat untuk saat begini. 

Kita sengaja menginap dua malam di Hiroshima supaya bisa mengunjungi museum bom atom dan main ke pulau Miyajima dengan lebih santai. Mirip dengan museum di Nagasaki, museum di sini juga mendokumentasikan kejadian bom atom yang dijatuhkan di kota ini saat perang dunia kedua. Sayangnya sebagian gedung sedang direnovasi sampai tahun depan, jadi koleksi yang ditampilkan di sini terlihat lebih sedikit dibanding museum di Nagasaki. Untung mengunjungi kedua museum, jadi cerita yang diperoleh bisa komplit. Hehe, saya memang hobi mengunjungi museum, walaupun belum termasuk museum mania. Hobi yang kadang bikin si hubby sewot, tapi walaupun sewot dia tetap mau nemenin istrinya masuk keluar museum.

Memotret A-Bomb Dome, Hiroshima


Di Miyajima ada gerbang Tori raksasa yang seakan mengapung di atas laut. Awalnya sih kita berdua skeptis, menganggap pemandangannya akan begitu-gitu aja. Ternyata Miyajima tuh beneran cantik. Pantas saja dinobatkan jadi satu dari tiga pemandangan terbaik di Jepang. Apalagi kalau bisa melihat si gerbang Tori saat pasang naik dan saat pasang turun, terasa sekali beda feeling-nya. Disini juga bisa naik ke gunung Misen menggunakan ropeway. Pas banget saat itu lagi cerah, dari puncak gunung Misen bisa lihat pemandangan Seto Inland Sea, laut yang memisahkan pulau Honshu, Kyushu dan Shikoku. 


Tori Gate Miyajima saat high tide dan low tide

Lumayan puas jadi turis di Hiroshima, kita lanjut menuju Matsue di Shimane Prefecture. Di Matsue tak banyak yang dikunjungi kecuali kastil Matsue yang masih orisinil bukan rekonstruksi, sama kondisinya dengan saat dibangun tahun 1600an dengan struktur kayu. Di kanal sekitar kastil juga ada sightseeing boat, yang bapak pendayungnya sekalian jadi duta wisata Matsue dan jago menyanyi Enka (keroncong ala Jepang). Kota Matsue sendiri sih sepi, baca di wikipedia kota ini adalah ibukota prefektur dengan jumlah penduduk paling sedikit. Dan kota ini beneran sepi, di sekitaran stasiun tak banyak orang, bahkan di pusat kota tidak terlihat orang menyeberang jalan.

Kastil Matsue

Dari Matsue lanjut ke arah timur menuju Kinosaki Onsen via Tottori. Di Tottori tak lupa mampir ke gurun pasir terluas di Jepang, Tottori Sand Dune. Katanya gurun pasir ini terbentuk dari sedimen yang terbawa oleh sungai, dibantu oleh angin dan pasang surut air laut selama ribuan tahun. 

Gurun pasir di Tottori

Akhirnya menuju tujuan terakhir dari trip liburan panjang ini, ke Kinosaki Onsen. Begitu masuk kota langsung terasa suasana santai khas onsen resort. Banyak ryokan dan warung suvenir, dan orang lalu-lalang mengenakan yukata dan geta sambil menjinjing perlengkapan mandi. Di sini ada tujuh rumah pemandian air panas yang berdekatan. Pengunjung biasanya menginap di salah satu ryokan, dan dapat kartu pass untuk bisa masuk ke semua rumah pemandian. Saya dan hubby sempat nyobain berendam di empat onsen. Tiap habis berendam paling enak minum susu dingin. Lalu bersantai sejenak, dan bersiap untuk onsen lagi, hehehe. 

Onsen hopping di Kinosaki Onsen, Hyogo

Liburan Musim Panas 2015: Honshu, Shikoku, Kyushu dalam 14 hari (part 1)

Bulan Agustus artinya saatnya liburan musim panas!! Atau Natsu Yasumi dalam Bahasa Jepang. Buat anak sekolah di sini liburnya lumayan lama, sekitar 40 hari. Buat saya yang kerjaannya eksperimen di lab, bisa dapat liburan 2 minggu sudah bersyukur banget.

Untuk liburan kali ini, saya dan hubby keliling Jepang bagian barat. Dimulai dari Kyoto, lalu ke Kobe, lanjut menyeberang ke pulau Shikoku. Menyeberang lagi ke pulau Kyushu mengunjungi Oita, Kumamoto, dan Nagasaki. Lalu kembali ke pulau Honshu menuju Hiroshima, lanjut ke Matsue di Shimane, Kinosaki Onsen di Hyogo, dan kembali ke Kyoto.

Rute perjalanan: Tokyo - Kyoto - Kobe - Kochi - Dogo Onsen - Oita - Kumamoto - Nagasaki - Hiroshima - Matsue - Kinosaki Onsen - Kyoto - Tokyo

Total perjalanan 14 hari. Berangkat dari Tokyo ke Kyoto menggunakan Shinkansen. Sengaja menginap 2 malam di Kyoto, supaya puas berkunjung ke kuil-kuil terkenal di sini. Bahkan kita menginap di hotel yang berada di dalam komplek kuil Chion-in, dan sempat nonton acara sembahyang pagi para biksu. Lokasinya juga dekat dengan Higashiyama dan Gion. Jadi puas deh mengeksplor daerah ini. Tapi ya, Kyoto itu penuh turis! Kebanyakan turis asing. Dan kita berdua juga jadi berlagak jadi turis beneran.

Gion, Kyoto

Fushimi Inari Shrine, Kyoto

Dari Kyoto kita menyewa mobil selama 11 hari, sampai liburan berakhir. Dibantuin teman yang jago Bahasa Jepang mencarikan rental mobil yang murah dan dekat dari stasiun Kyoto. Kita dapat mobil Honda Fit di Orix Rental Car. Mobilnya keren dan baru, kilometer masih 1500km. Setelah dipake selama 11 hari langsung melonjak jadi 3500 km, hehe!

Dari Kyoto menuju Kobe, menginap semalam di sini. Setelah taruh mobil di parkiran hotel, lanjut keliling kota Kobe yang bisa dicapai dengan jalan kaki. Sempat sholat di masjid Kobe, masjid pertama yang didirikan di Jepang. Tak ketinggalan nyobain Kobe Beef yang enaknya bikin merem melek. Dagingnya lembut dan juicy, langsung dimasak di depan kami ala tepannyaki.

Kobe Beef Restaurant

Besoknya petualangan sebenarnya dimulai. Saya dan hubby menyeberang ke pulau Shikoku melewati Pearl Bridge, jembatan panjang yang menghubungkan pulau Honshu dan pulau Awaji, lalu jembatan berikutnya dari Awaji ke pulau Shikoku. Tujuan utama di pulau Shikoku adalah main air di sungainya yang terkenal jernih dan banyak. Kita berdua mencoba rafting dan canyoning di sungai Yoshino. Dan sungai ini beneran keren sekali, airnya seger dan jernih banget. Kita menginap di camping ground di atas bukit, dengan pemandangan bagus dan ada kincir angin. Jenis Auto-Camp atau mobil bisa diparkir persis di sebelah tenda. Fasilitasnya lengkap, ada toilet, shower, coin laundry dan dryer. Di dekat tenda juga disediakan sink, supaya gampang cuci-cuci peralatan makan.

Rafting di Sungai Yoshino

Camping ground di Kochi, Shikoku.


Setelah penuh petualangan selama dua hari,  lanjut ke Dogo Onsen, onsen resort tertua di Jepang. Di sini ada rumah pemandian air panas yang terkenal beberapa kali dikunjungi kaisar. Di sekitaran rumah pemandian banyak hotel dan toko suvenir, juga turis Jepang yang berkeliaran mengenakan yukata dan bawa perlengkapan mandi.

Beryukata di Dogo Onsen Honkan

Segitu dulu petualangan di pulau Shikoku. Berharap bisa lebih lama di sini, tapi pulau Kyushu sudah menunggu untuk dieksplor juga. Dan ternyata Kyushu juga nggak kalah indahnya. Terutama saat kita melewati Kuju Aso National Park, di sekitaran gunung Kuju dan gunung Aso. Kontur daerahnya banyak plateu dengan padang rumput luas. Daerah ini juga terkenal dengan peternakan sapi Bungo Beef, yang dagingnya nggak kalah enak dengan Kobe Beef.

Bungo Beef di Bebengo, Oita-ken, Kyushu

Kuju-Aso National Park, Kyushu

Friday, January 2, 2015

New dream 2015

Kata orang kalo punya impian sebaiknya dituliskan supaya kemungkinan terkabul lebih besar. Heheh.. ngarang. Tapi setidaknya buat diinget2, masih banyak keinginan yg blm tercapai. Jadi nggak terbuai bermalas diri.

Ok, langsung saja, ini hal2 yg harus terlaksana di tahun baru 2015:

1. Rajin bangun pagi. 
Asli saya paling malas bangun pagi. Apalagi jarak apato ke kampus cuma 5 menit sepedaan. Jadi berangkatnya beneran 9.55, karena lab mulainya jam 10.00.
Mulai sekarang harus memaksakan diri bangun pagi, supaya ke kampus ga buru2. Syukur2 biasa bikin sarapan yg lebih sehat, atau bisa sempet joging dulu sebelum mandi.

2. Lebih rajin belajar.
Intinya sih harus bisa mengatur waktu kerja di lab. Nggak melulu eksperimen tapi malah nggak sempat belajar baca2 paper. Kalo belajar dari paper seminar di lab ngga usah diharapkan, nggak ngerti yg presentasi ngomong apaan. Mending belajar sendiri aja.

3. Publikasi.
Ini harus! Wajib! Kalo nggak ya susah lulus S3. Makanya baca, baca, baca, nulis, nulis, nulis!!

4. Makanan sehat.
Rutin stok buah dan sayur. Rajin sarapan. 

5. Rutin olah raga.
Lagi winter begini bikin males olah raga. Jangankan jogging yg memang dingin banget, buat ke gym aja rasanya maleeess bgt sepedahan kedinginan ke tempat gym kecamatan. Padahal jaraknya cuma 1 km dari rumah.

6. Hiking.
Akhir2 ini saya ketagihan hiking. Ngga harus ke tempat yang jauh, karena di sekitaran Tokyo juga banyak rute hiking yg menarik dan gampang aksesnya. Sebisa mungkin kalau weekend cuaca cerah ya berarti jadwalnya hiking. List tujuan hiking sih udah lengkap, tinggal eksekusinya aja. Gearnya apalagi, haha, udah sering bolak balik shopping ke Jinbocho, surganya perlengkapan outdoor.  Yah biar nggak malu-maluin banget kostumnya kalo dibanding para hikers jepun yg all set, lengkap dari kepala sampe ke kaki dengan gear mahal. Nunggu cuaca agak lebih hangat. Mungkin bulan Maret udah saatnya berkeliaran lagi ke pegunungan sekitaran Kanto.

Udah segitu aja, nggak mau muluk2. Intinya sih mau hidup lebih sehat biar bisa menikmati hidup dengan maksimal. 

Friday, August 29, 2014

Liburan musim panas: camping di Hokkaido

Buat saya, liburan musim panas adalah masa yang paling ditunggu-tunggu dalam setahun. Liburan paling spesial, karena paling lama. Dua minggu setengah!! Kenapa pake setengah? Jadi ceritanya di lab tempat saya jadi mahasiswa s3, ada aturan boleh mengambil libur selama bulan Agustus asal kurang dari tiga minggu. Dua setengah minggu kan kurang dari 3 minggu ya. Mahasiswa Jepang sih rata-rata cuma libur 3-5 hari saja. Aneh banget memang. Sudah dikasih jatah libur kok nggak diambil.

 

Musim panas tahun ini sama seperti tahun sebelumnya, saya dan hubby kembali menjelajah Hokkaido. Istimewanya tahun ini kami menjelajah Hokkaido lebih maksimal karena hubby sudah punya SIM. Liburan di Hokkaido memang lebih puas kalau bisa bawa mobil. Fasilitas transportasi di sini belum senyaman pulau Honshu. Kalaupun ada jalur kereta, jadwal kereta lewat kadang cuma 2 jam sekali.



Mobil sewaan untuk keliling Hokkaido, bagasinya penuh dengan peralatan camping

 

Karena sudah sewa mobil, kita berdua berusaha memanfaatkan mobil ini semaksimal mungkin. Bisa bawa banyak barang, termasuk perlengkapan camping. Lumayan bisa menghemat biaya hotel dengan cara menginap di camping ground. Sudah biayanya murah, pemandangan bagus, dan fasilitasnya nggak kalahdengan nginap di hotel.

 

Jangan membayangkan camping di Hokkaido seperti camping di Indonesia. Camping ground di Hokkaido, dan Jepang pada umumnya, tempatnya bersih karena dikelola secara professional. Selalu disediakan sumber air untuk minum dan masak. Jadi nggak perlu harus nyari sungai seperti camping di Indonesia. Juga disediakan shower, toilet, dan mesin cuci. Saya dan hubby selalu merasa nyaman karena tetap mandi 2x sehari. Baju juga selalu bersih karena rajin mencuci di coin laundry. Malamnya bisa barbeque sambil berdua ngobrol. Trus beberes, ngantuk, tidur nyenyak deh sampai pagi.


Camping ground Notoro Lakeside, Abashiri

 

Lagi liburan musim panas biasanya camping ground penuh dengan tenda, walaupun nggak sampai berdesakan. Orang Jepang banyak yang doyan camping juga ternyata. Dan seperti biasa, orang Jepang all out banget dengan perlengkapan, termasuk barang perlengkapan untuk camping. Tenda berbagai jenis dan ukuran bisa dilihat disini. Saya dan hubby suka lirik tenda kanan kiri, liatin orang jepang yg sibuk di tendanya dengan perlengkapan seabreg. Mulai dari kursi, meja (bahkan karpet), peralatan masak, makanan, cooler, termos, semuanya ada. Nggak beda jauh dengan mindahin semua isi rumahnya ke tempat camping.

 

Nggak setiap hari juga kita camping di Hokkaido. Selama dua minggu perjalanan, hanya lima hari nginap di camping ground. Sisanya menginap di penginapan, seperti waktu pertama sampai Hokkaido dan belum mengambil mobil dari tempat rental car. Sewaktu melewati danau Akan, kita juga menyempatkan menginap di hotel di pinggir danau yang terkenal dengan onsennya. Baru kali ini saya dan hubby beringas nyobain semua jenis kolam onsen yg ada disitu. Sebelum makan malam ke onsen dulu, habis makan onsen lagi. Pagi juga puas-puasin onsen sebelum check out. Beneran nggak mau rugi :P

 

Saat harus menyetir jauh, seperti dari Abashiri ke Wakkanai (kota paling utara di Jepang), kita juga nggak berani camping karena khawatir kecapean. Lagipula nggak yakin akan sampai di tujuan jam berapa. Sedangkan kalau mau camping, sebaiknya dari siang sudah pasang tenda. Setelah tenda jadi, baru merasa aman kalau mau jalan-jalan di daerah sekitar karena sudah ada tempat buat pulang tidur.


Camping dan kehujanan di Nijibetsu, tikar plastik jadi terpal tambahan

Ini lima camping ground tempat kita berdua menginap di Hokkaido selama liburan kemarin:

1. Hinode koen, Kami Furano

Fasilitas lengkap, ada shower, toilet, laundry, microwave. Lokasi di dalam taman, sangat ramai saat liburan. Strategis jika ingin mengeksplor Biei dan Furano yang punya banyak taman bunga dan pemandangan lahan pertanian.

2. Kanayama Lakeside Camp-jo, Minami Furano

Tempatnya sangat luas, pemandangan danau Kanayama, ada ofuro (tempat mandi ala jepang) tak jauh dari camping ground.

3. Nijibetsu Camp-jo, Nijibetsu, Kawakami

Fasilitas lengkap, ada shower, toilet, laundry. Mirip dengan Hinode koen di Kami Furano, tetapi lebih bagus. Dekat dengan Lake Mashu dan Lake Kussharo. Jadi tempat singgah sebelum menjelajah timur Hokkaido.

4. Shiretoko National camping ground, Utoro, Shiretoko

Satu-satunya camping ground di Utoro Shiretoko. Lokasi diatas tebing dekat pantai. Tak ada shower, tapi dekat dengan onsen. Toiletnya tanpa air, tanpa flush. Tapi hebatnya tak ada bau (setidaknya di toilet cewek), kotoran langsung diolah jadi biomassa.

5. Notoro Lakeside Camp-jo, Abashiri.

Sangat luas, tidak ramai karena jumlah pengunjung dibatasi. Ada shower, toilet, laundry. Ini camping ground favorit saya dan hubby, karena fasilitas lengkap dan pemandangannya indah banget. Tapi harus jaga makanan dan sampah sendiri karena banyak rubah berkeliaran.



Buat yang berminat liburan seru dan hemat di Hokkaido, menginap di camping ground bisa menjadi pilihan.Supaya acara camping tetap nyaman, saya tulis tipsnya disini ya.

 

-
Tentukan dulu rute perjalan dan di kota mana berencana camping.

-
Lokasi camping ground bisa dicari di internet (kadang ada yang berbahasa inggris, coba saja).

-
Kalau ada banyak pilihan tempat camping, tanyakan ke tourist information center (biasanya dekat stasiun) camping ground mana di sana yang direkomendasikan dan paling lengkap fasilitasnya.

-
Di musim liburan camping ground favorit bisa full booked, tidak cuma untuk lodge-nya tapi jugalapangan untuk mendirikan tenda (biasa disebut free tent). Biar aman telpon dulu untuk memastikan. Kalimat yang ampuh: “yoyaku shitaindeskedo.. kyo no furi tento saito wa, mada aiteimasuka?”. Saya yang bego bahasa jepang sampai hapal kalimat ini.

-
Menginap di camping ground tidak gratis. Tapi biayanya sangat murah, sekitar 500 yen/orang/malam. Coin shower 100 yen/10 menit.Coin laundry 300 yen untuk washer, 100 yen/30 menit untuk dryer. Deterjen sachet 30 yen untuk sekali mencuci.

-
Camping ground di Jepang ada check in dan check out time seperti di hotel. Biasanya check in jam 13.00, check out jam 11.00.

-
Usahakan sampai di lokasi camping ground sebelum sore. Selain bisa dapat spot yang nyaman, pasang tenda butuh waktu. Apalagi kalau mau barbeque malamnya.
-
Atau biar aman, begitu sampai di tempat tujuan, langsung menuju camping ground dan pasang tenda sebelum jalan-jalan ke tempat lain. Tenda dan barang-barang yang ditinggalkan biasanya aman, nggak akan diganggu apalagi hilang.

-
Pengelola camping ground sangat ketat dengan masalah sampah. Buanglah sampah sesuai aturan. Binatang liar seperti rubah, rusa dan beruang masih banyak di Hokkaido, dan mereka bisa mengorek sampah kalau dibuang sembarangan.

-
Tidak perlu masak nasi. Cukup beli nasi yang tinggal dipanaskan di microwave di kombini. Bisa minta dipanaskan di kombini saat dibeli, atau dikasih sedikit air panas sebelum dimakan. Beberapa camping ground bahkan ada yang menyediakan microwave.

-
Kalau mau barbeque, bawa wadah untuk membakar arang. Biasanya tidak diperbolehkan langsung membuat api di tanah. Pastikan rumput tidak rusak oleh panas api. Perlengkapan barbeque ini banyak dijual di toko serba ada (home centre). Sedangkan arang biasanya ada dijual oleh pengelola camping ground, jadi tidak perlu bawa arang jauh-jauh dari rumah.


Tuesday, February 4, 2014

Ski di Minakami, Gunma

Berawal dari nonton sebuah liputan di NHK world tentang operator outdoor sport di daerah Gunma. Ceritanya operator ini menyediakan kursus ski dan snowboarding dengan instruktur berbahasa inggris. Kebetulan banget saya dan hubby sangat ingin mencoba ski di winter tahun ini.

Sebenarnya kita dulu sudah pernah mencoba main ski waktu saya masih di Sendai. Waktu itu sih nekat saja mencoba walaupun nggak tau caranya sama sekali. Jadinya cuma pasang alat ski, coba meluncur, jatuh berkali-kali, frustasi, dan akhirnya main salju saja. Makanya kalau mau coba ski lagi, harus belajar dulu supaya bisa menikmati.

Dulu waktu di Sendai, lokasi ski cukup dekat. Hanya perlu naik bus 1 jam ke daerah Yamagata. Sedangkan kalau di Tokyo, karena cuacanya lebih hangat dibanding Sendai, kita harus menempuh perjalanan yang jauh untuk mencapai ski resort terdekat.

Setelah cari info sana-sini, saya dan hubby memutuskan untuk main ski ke tempat yg terdekat dari Tokyo yang bisa diakses dengan mobil, sehingga tidak perlu menginap. Lumayan buat menghemat biaya penginapan. Saya mengajak beberapa teman untuk ikut. Tujuannya supaya bisa patungan sewa mobilnya.

Salah satu lokasi terdekat adalah di Minakami, di prefektur Gunma. Instrukturnya dari info yang ada di NHK dulu itu (infonya bisa dilihat di http://canyons.jp). Kami memilih Hodaigi Ski Resort, salah satu ski resort terbesar di daerahnya, tak jauh dari kantor Canyons, operator yang menyediakan instruktur ski/snowboard. Jaraknya sekitar 180 km dari Tokyo. Lumayan dekat, apalagi sebagian besar adalah jalan tol. Total berdelapan kami menuju Gunma. Sayang, perjalanan terhambat karena macet di jalan tol. Sepertinya kalau akhir minggu banyak warga Tokyo yang melarikan diri dari kota untuk berlibur. Termasuk rombongan kami juga sih. Di jalan juga sering terlihat mobil yang membawa peralatan ski dan snowboard yang diletakkan di atap mobil.

Sampai di lokasi ski sudah jam makan siang. Sebelum mulai kursus, kami mengisi perut yg sudah keroncongan. Orang tumpah ruah dan antri panjang di restoran yang disediakan ski resort. Untungnya kita sudah siap dengan perbekalan makanan yg melimpah. Walaupun cuma makan di mobil, tapi perut kenyang dengan makanan sesuai lidah Indonesia. Ski trip ini kayaknya lebih mirip piknik, karena yg ikut lebih heboh menyiapkan makanan yang dibawa daripada menyiapkan diri untuk main ski.

Peralatan ski disewa di tempat ski. Juga pakaian (jaket dan celana), kupluk, google, sarung tangan, dll. Butuh waktu lumayan lama juga untuk mempersiapkan alat-alat ini. Untuk 7 orang (6 orang ski + 1 orang snowboard), butuh waktu sekitar 45 menit untuk memastikan semua alat siap dengan ukuran yang sesuai.

Jam 1 siang, kursus dimulai. Instrukturnya mas-mas bule yang tinggi banget. Dia cukup sabar mengajar kami berenam yang dodol dan nggak tau apa-apa. Dimulai dengan memasang alat dengan benar. Lalu diajari gimana cara memutar badan, berjalan di atas salju, bagaimana cara meluncur dan mengerem, terakhir diajari cara berbelok. Kami cuma mengambil paket belajar 2 jam (setengah hari). Walaupun cuma 2 jam, rasanya sudah capek banget.

Full team, di Hodaigi Ski Resort, Minakami, Gunma

Setelah kursus dan istirahat sebentar, saya mencoba lagi teknik-teknik yang sudah dipelajari tadi. Yah, menurut saya lumayan buat yang baru belajar ski 2 jam. Minimal sudah bisa meluncur dan berhenti tanpa harus menjatuhkan diri, walaupun hanya di slope yang agak datar. Belum berani naik lift ke atas dan meluncur sendiri, karena di slope yang lebih curam belum bisa mengontrol arah dan berhenti sesuai keinginan.

Jam 4 sore kami mengembalikan alat dan baju yang dipinjam, karena semuanya sudah capek termasuk hubby yang ikut kursus snowboard. Lutut dan jempol kaki rasanya sudah ngilu. Sekalian saja kami ke tempat onsen, untuk berendam melemaskan otot-otot yang sudah dipaksa kerja seharian main ski. Dan memang ternyata orang Jepang biasanya suka ke onsen setelah main ski.

Lokasi onsen hanya berjarak sekitar 12 km dari tempat ski. Namanya Yuterume Tanigawa onsen. Biaya masuknya lumayan murah. Selain onsen indoor, juga ada onsen outdoor. Ternyata onsen malam terasa lebih enak, karena gelap sehingga orang lain tidak begitu kelihatan. Males juga liat orang-orang ramai berbugil ria. Saya sempat mencoba yang outdoor, dan rasanya nikmat banget. Berendam sambil mendengar gemericik air sungai. Badan juga terasa jadi lebih rileks.

Perjalanan kembali ke Tokyo membutuhkan waktu sekitar 3 jam, sudah termasuk berhenti di rest area untuk jajan makan malam. Sampai di Tokyo bisa langsung tidur karena tadi sudah mandi di tempat onsen. Besoknya baru terasa badan pegal linu sisa dari ski kemaren. Tapi sakit-sakit badan kali ini tidak separah waktu habis main ski dulu di Sendai. Saya masih bisa sepedaan sorenya ke taman Ueno untuk nongkrong menikmati cuaca sore di pinggir kolam shinobazu.


Pastinya mengambil kursus ski ini membuat saya tidak kapok main ski, malah jadi pengen mancoba lagi. Mudah-mudahan bulan Maret depan masih sempat mencoba ski sekali lagi untuk tahun ini.


Friday, January 3, 2014

Reminiscing 2013 (part2)

Juli

Pertama kali datang ke kawinan orang Jepang. Ada teman lab yang menikah, semua anak-anak lab di undang ke resepsinya di restoran di dekat stasiun Tokyo. Masih ingat hebohnya menyiapkan mau pakai baju apa, beli sepatu di seibu ikebukuro, dan minta bantuan teman buat menjahitkan rok dari bahan tenun bali. Dasar tidak terbiasa pakai high heels, sepatu cantik yang sudah dibeli mahal malah akhirnya ditenteng. Saya pulang nyeker jalan kaki dari stasiun Kasuga ke apato. Sakitnya nggak tahan!

Sepatu cantik, tapi pulang nyeker

Bulan ini cuaca makin panas pas banget mulai bulan puasa. Seminggu pertama puasa cuaca sangat tidak bersahabat. Panas, lembab, nggak ada angin. Benar-benar cobaan iman.

Agustus

Bulan yang sangat ditunggu-tunggu. Liburan musim panas akhirnya datang juga!! Sensei berbaik hati memberikan libur maksimal tiga minggu selama bulan ini. Saya memilih untuk full ke kampus selama seminggu pertama sampai hari raya Idul Fitri. Habis sholat Ied di SRIT (Sekolah Republik Indonesia Tokyo) di Meguro, saya masih masuk lab setengah hari. Lalu blasss, libur sampai akhir bulan.

Saya dan hubby selama liburan ini menjelajah Hokkaido. Mulai dari Hakkodate, Otaru, Sapporo, Biei, dan Furano. Seru banget! Saking berkesannya, kami merencanakan untuk kembali ke Hokkaido di liburan musim panas tahun depan.

Pemandangan di Biei, Hokkaido

Kembali ke Tokyo, kita berdua masih sempat menikmati liburan di Tokyo dan sekitarnya. Hubby akhirnya lulus ujian SIM mobil setelah ujian praktik yang kedua kalinya. Kita sewa mobil ke Toyota rental car dekat rumah, untuk mencoba menjelajah daerah Kanto melewati Nihon Romantic Road. Dari Tokyo menuju arah Nagano, mampir di Karuizawa, menginap di Kusatsu Onsen Gunma, ke Nikko, lalu kembali ke Tokyo. Total perjalanan 515 km selama 2 hari.

Rute jalan-jalan via Nihon Romantic Road


September

Kembali ke rutinitas di kampus. Bersama teman-teman lab, saya sempat ke Tokyo Disneysea di hari jumat malam. Kami beli tiket after 6. Hanya dengan 3300 yen bisa menikmati Tokyo DisneySea dari jam 6 sore sampai tutup jam 10 malam. Untung pergi dengan teman yang sudah hapal DisneySea di luar kepala, selama 3,5 jam disana kita berhasil naik 7 wahana.

After 6 passport, Tokyo DisneySea


Di bulan ini saya juga berulang tahun. Khusus tahun ini untuk hadiah ultah saya minta dibelikan tas branded ke hubby. Karena kita berdua nggak ngerti tentang dunia tas cewek, saya minta bantuan teman untuk memilihkan tas di Matsuya Ginza. Dan akhirnya.. saya punya satu tas andalan, warna merah menyala merek Kate Spade. Sungguh cinta deh sama tas ini. Walaupun sempat naksir dengan Prada yang warnanya merah juga, tapi liat harganya yang berkali-kali lipat, nggak mau!! Mending duitnya dipake buat jalan-jalan ke Hokkaido lagi.

Oktober

Pertama kali nonton pertandingan baseball liga mahasiswa dengan teman-teman lab. Acara nonton bareng ini juga karena diajak oleh sensei yang hobi banget nonton baseball. Kita serombongan nonton di bangku cheerleader. Jadi harus ikutan teriak-teriak menyemangati tim baseball kampus. Bisa lihat langsung gimana cheerleader jepang beraksi. Istimewanya cheerleader di Jepang, tim intinya bukan cewek-cewek seksi, tapi cowok-cowok berseragam hitam, dengan semangat membara tanpa henti bersorak sorai non-stop selama pertandingan.

November

Mulai masuk musim gugur. Saya sempat ke Nikko saat long weekend, yang ternyata hanya mendapati macet panjang di sana. Sisanya hanya menikmati warna-warni musim gugur di Tokyo saja.

Awal bulan lumayan sibuk mempersiapkan pertunjukan angklung di acara international day di kampus. Habis pertunjukkan, ada party yang cukup menyenangkan. Party yang menyenangkan buat saya artinya banyak makanan yang bisa dimakan (halal), dan ketemu dengan orang-orang baru yang menarik. Di sini saya ketemu lagi dengan mas-mas cheerleader di pertandingan baseball bulan lalu, yang juga jadi pengisi acara. Kita sempat ngobrol tentang latihan rutin mereka yang ternyata berat. Yah.. apa sih yang nggak berat di Jepang ini.

Berdua hubby, kita mengunjungi Tokyo Motor Show di Odaiba. Pameran ini katanya termasuk pameran otomotif yang bergengsi di dunia. Sayangnya kita datang saat weekend, pengunjung datang berlimpah ruah. Bukannya liat mobil dan motor, yang ada cuma liat orang. Setelah hubby beres liat motor favoritnya, kita cabut pulang.

Tokyo Motor Show, Odaiba


Desember

Awal bulan di buka dengan nonton konser Bon Jovi di Tokyo Dome. Karena lokasinya dekat banget dari apato, rasanya tidak seperti habis nonton artis rock kelas dunia. Dari apato cuma sepedaan 5 menit, parkir sepeda, masuk gedung pertunjukan. Tiga jam kemudian konser selesai, semua penonton keluar dengan tertib, ambil sepeda, gowes lagi. Sampai di apato kita berdua masak untuk makan malam. Kayak nggak ada usahanya gitu buat nonton konser, hehe. Konsernya sendiri keren banget. Yah namanya aja Bon Jovi. Suara si om Jon keren, persis seperti dengerin lagunya di CD. Saya nonton sambil nangis bahagia, akhirnya bisa liat langsung band ini main live.

Konser Bon Jovi, Tokyo Dome

Hubby katanya pengen memotret gunung Fuji yang bagian atasnya bersalju. Jadi kita berdua sewa mobil lagi ke Toyota rental car, cabut ke Kawaguchiko di Yamanashi. Karena lumayan dekat, nggak pake acara menginap. Lumayan menghemat duit buat hotel. Kali ini mobilnya kita coba pake Toyota Prius. Cobain mobil hybrid, memang hemat bensin banget. Dan nggak ada suara mesinnya sama sekali, yang sebenarnya agak bahaya menurut saya. Buat orang yang tidak terbiasa jadi nggak tau mesin mobilnya nyala atau tidak.

Gunung Fuji, awal musim dingin

Akhir bulan cuaca makin dingin. Saya kedinginan nggak karuan, yang membuat kita beli heater satu lagi, jenis gas heater supaya tidak makin boros listrik (tapi boros gas). Akhir tahun, saat liburan saya kena alergi yang entah dari mana. Bintik-bintik merah menyebar, awalnya cuma di tangan, lalu punggung, perut, dan sampai ke kaki. Gatalnya nauzubillah. Bikin saya garuk-garuk kayak monyet selama 3 hari. Saat ini sudah tahun baru, saya masih tahap penyembuhan. Jadi libur seminggu tahun baru ini sangat spesial. Bukan diisi dengan jalan-jalan, tapi dengan garuk-garuk.

Gas heater untuk menghadapi musim dingin


Mudah-mudahan tahun 2014 selalu diberi kesehatan, dan bisa lebih banyak jalan-jalan. Dan yang penting banget nih, semoga riset di lab berjalan lancar, bisa ikut conference, dan publish paper. Amien.. amien.. amien!!!

Thursday, January 2, 2014

Reminiscing 2013 (part 1)

Tak terasa tahun 2013 sudah pergi. Banyak hal yang terjadi di tahun ini. Alhamdulillah hal yang menyenangkan lebih banyak dari yang mengecewakan. Mari kita rekap apa yang terjadi dalam setahun kemarin.

Januari

Yang paling diingat bulan ini adalah hujan salju di pertengahan bulan. Salju menumpuk sangat tebal di jalan, dan masih terlihat sampai 2 minggu setelahnya. Sebenarnya Tokyo jarang bersalju di musim dingin. Kalaupun ada salju, paling cuma sedikit. Salju tebal bulan ini sangat tidak biasa.

Salju tebal yang tidak biasa di Tokyo, Januari 2013

Di akhir bulan, saya dan hubby sempat jalan-jalan ke Yudanaka di prefektur Nagano. Tujuannya untuk melihat monyet salju yang suka berendam di kolam air panas. Para monyetnya lucu, terlihat sangat menikmati hangatnya kolam. Sedangkan saya hampir beku kedinginan menemani hubby yang sibuk motret si monyet. Kami menginap di ryokan Shimaya yang sederhana dan nyaman. Pengalaman tak terlupakan disini adalah berendam di onsen pribadi, outdoor, sambil menikmati pemandangan desa dari atas tebing.

Monyet berendam di onsen, Yudanaka, Nagano


Februari

Bulan ini saya ujian masuk program doktor. Ujian tertulisnya, yahh begitulah. Saya tidak begitu yakin. Untungnya di ujian oral, sensei sangat membantu dalam mempersiapkan bahan presentasi. Jadi presentasi dan tanya jawab berjalan mulus, dan saya bisa lulus dengan nilai baik.

Maret

Di kampus saya mulai belajar teknik eksperimen dari mahasiswa senior. Juga jadi lebih berinteraksi dengan teman-teman di lab.

Bulan ini sempat mengunjungi museum Fujiko F. Fujio, atau lebih dikenal sebagai museum doraemon, bersama teman-teman PPI Todai (Pelajar Indonesia di Tokyo Daigaku/Univ. of Tokyo). Lalu mendadak besoknya dapat traktiran ke Disneyland. Seru sih, tapi sayangnya cuaca tidak mendukung. Sedang ada badai pasir dari Cina, sehingga banyak pertunjukkan outdoor yang dibatalkan hari itu, termasuk parade karakter Disney.

Doraemon di Fujiko F. Fujio Museum

It's a small world, Tokyo Disneyland


April

Di bulan ini Tokyo sedang di saat tercantiknya. Bunga sakura mulai mekar. Orang-orang sibuk hanami di taman. Saya dan hubby juga sibuk koen-hopping: mengunjungi satu taman ke taman lainnya. Yang paling sering tentu saja ke Taman Ueno, yang paling dekat dari apato. Taman Ueno sepertinya memang dirancang untuk musim semi. Banyak pohon sakura beraneka jenis, dibawahnya orang ramai menggelar tikar sambil mengobrol dan minum sake. Selain ke Ueno, kita juga ke Inokashira Koen di barat Tokyo, Shinjuku Gyoen, Sumida Koen di Asakusa, taman kecil dekat Kudanshita, dan deretan sakura dekat stasiun Iidabashi. Saya ganti sepeda yang lebih bagus supaya tidak ketinggalan jauh terus kalau sepedaan keliling kota bareng hubby.

Sakura di Ueno Koen

Inokashira Pond di Inokashira Koen


Sensei mengajak mahasiswa asing menonton liga baseball professional, Yomiuri Giant (Tokyo) vs Chunichi Dragons (Nagoya) di Tokyo Dome. Tempat duduknya jauuuhh banget diatas. Sebenarnya detail permainan tidak terlihat jelas. Tapi atmosfer pertandingan cukup terasa. Apalagi tim tuan rumah (Yomiuri Giant) menang, membuat penonton makin gegap gempita, dan sensei jadi manyun karena dia mendukung tim lawan yang kalah telak.

Akhir bulan dapat ajakan mengunjungi Edo Wonderland di Nikko bersama teman-teman Indonesia. Pengalaman seru melihat bagaimana kehidupan Jepang di masa dulu, saat masih ada ninja dan samurai.

Mei

Bulan Mei untuk anggota PPI Todai artinya adalah kesibukan menyiapkan Gogatsusai, atau festival bulan Mei. Festival ini diadakan tiap tahun di kampus Hongo. Dan tiap tahun juga PPI Todai jualan soto disini yang sudah terkenal dan selalu laris manis. Apato kami karena lokasinya paling dekat dari kampus dijadikan basecamp untuk menyiapkan bahan makan dan menyimpan perlengkapan.

Perjalanan yang lumayan jauh bulan ini yaitu ke Ibaraki, ke taman Hitachi kaihin koen.  Bunga yang mekar di bulan Mei adalah Nemophilla yang berwarna biru, ditanam di lahan yang sangat luas di taman ini.

Taman Nemophilla di Hitachi Kaihin Koen, Ibaraki

Juga ada trip dengan anggota lab, termasuk semua sensei, ke Shizuoka. Seperti biasa, tiap kali acara lab pasti tak lepas dari minum sake dan teman-temannya. Stok sake tak putus-putusnya sewaktu party setelah makan malam. Besoknya lanjut ke beer garden. Bahkan kami juga mengunjungi pabrik whisky Kirin. Saya yang nggak ikutan minum saja sudah puyeng liat mereka minum alkohol nggak berhenti. Tapi tetep, walaupun mabok, orang jepang selalu sopan dan menjaga sikap. Sungguh hebat sekali, ckckck..

Juni

Tokyo mulai panas di bulan ini. Saya dan hubby pindah ke apato baru, yang hanya berjarak 300 meter dari apato lama. Karena tidak jauh, pindahan hanya menggunakan troli bolak-balik dibantu teman-teman. Banyak alasan kenapa pindah, yang jelas kami lebih puas dengan apato yang sekarang terutama karena lebih terang, dan kualitas bangunan lebih bagus. Jarak ke kampus jadi sedikit lebih dekat.  Dari apato yang dulu ke kampus sepedaan 5 menit, sekarang jadi 4 menit. Lumayan hemat 1 menit, hehe.