Thursday, November 22, 2012

Hokkaido day 3 (end)


Waahhh sudah hari ketiga nih di Hokkaido. Saya dan tiga teman lainnya sudah dalam perjalanan ke Taman Nasional Disetsuzan. Menurut japan-guide.com, taman nasional ini termasuk yang paling alami, dan gunung Asahidake yang ada disini merupakan gunung tertinggi di Hokkaido.

Habis tidur 3-4 jam di dalam mobil di rest area, kami lanjut ke Disetsuzan. Sudah tidak melewati jalan tol lagi, tetapi jalan pegunungan yang menanjak dan berbelok. Sampai di stasiun ropeway Daisetsuzan jam 9 pagi, pas banget dapet parkir terakhir yang dekat dengan stasiun ropeway. Mobil setelahnya harus rela parkir cukup jauh, hihi.

Langsung kita berempat menyerbu toilet buat sikat gigi dan cuci muka. Toiletnya kecil dan nggak ada shower untuk mandi. Kalaupun ada shower, kayaknya nggak ada yang berani mandi karena airnya dingin banget. Ada yang sempat ngelap-lap badan pake tissue mandi. Kalo buat saya yang penting wangi dan bedakan, jadi cukup  pake parfum dan ganti baju saja. Udah merasa seger lagi. Hehe.

Lagi-lagi naik gunung kali ini kita naik ropeway. Kalo di terjemahin ke Indonesia, mungkin ropeway itu kereta gantung ya. Satu ropeway bisa muat banyak orang, mungkin 30 orang. Keberangkatannya tiap 15 menit. Dari titik keberangkatan sampai tujuan butuh waktu 8-10 menit. Lumayan bisa menikmati pemandangan taman nasional dari dinding kaca ropeway. Karena udah akhir September sebenernya kita berharap di sini sudah mulai ada perubahan warna daun jadi kuning atau merah. Ternyata tahun ini di Jepang musim gugur telat 1-2 minggu. Daun di pepohonan masih hijau. Belum berjodoh deh kayaknya menikmati musim gugur di Daisetsuzan. Mungkin artinya lain kali harus ke sini lagi ya.

Pemandangan dari dinding kaca ropeway


Tempat pemberhentian ropeway merupakan titik awal jalur hiking. Ada jalur hiking mengelilingi daerah sekitar gunung Asahidake (ini yang kita ambil, butuh waktu 1-1,5 jam), dan jalur hiking yang lanjut sampai ke puncak gunung yang butuh waktu 4-5 jam.

Pengunjung yang datang bisa memilih antara kedua jalur ini. Tapi yang namanya orang jepang, walaupun hiking-nya nggak sampai ke puncak, tetap style-nya all out seperti orang mau ke gunung fuji. Sepatu khusus hiking, tongkat, jaket anti angin, dan asesoris bermerek montbell, northface, dkk. Sedangkan kami berempat?? Hehe, hanya pake jeans, jaket dan sepatu kets. Jadi tau diri ya nggak mau nekat sampe ke puncak. Apalagi mengingat kondisi udah 2 hari kurang tidur. Bisa-bisa semaput di perjalanan.

Bapak2 jepang lagi sibuk motret pemandangan

Gunung Asahidake di Daisetsuzan National Park


Habis keliling dan foto-foto, saatnya balik ke stasiun ropeway dan balik ke mobil. Perjalanan masih panjang. Tujuan berikutnya adalah melihat aneka bunga di Furano. Furano ini kota yang terkenal di Hokkaido karena jadi setting dorama jepang jaman baheula yang terkenal banget, judulnya Kita No Kuni Kara, atau terjemahannya ‘dari negeri utara’. Konon (belum pernah nonton, makanya ditulis konon :P) di dorama ini pemandangannya bagus banget, terutama pemandangan kebun lavender yang luas.

Furano memang identik dengan lavender yang mekar di musim panas. Tapi kita kesana kan akhir September ya, musim panas udah lewat, musim gugur belum mulai. Furano nggak hanya ada lavender saja, tapi juga berbagai jenis bunga lainnya. Mekar tiap bunga beda-beda tergantung musim. 

Setelah muter-muter kota Furano karena nyasar dan mampir ke pos polisi untuk nanya2, kami memutuskan ke Tomita Farm. Salah satu perkebunan terkenal disini. Kebunnya luas banget. Selain kebun bunga-bungaan outdoor, mereka juga punya taman indoor yang berisi koleksi tanaman yang tetap mekar walaupun bukan musimnya. Juga ada berbagai produk olahan dari lavender, dan display room yang berisi bunga-bunga kering yang ditata cantik sekali.

Pemandangan di Tomita Farm, Furano

Display bunga kering di Tomita Farm


Sudah puas yaaa liat bunga-bungaan di Furano. Saatnya melanjutkan perjalanan. Masih 140 km lagi lho ke Sapporo. Di perjalanan sempat mampir dulu di restoran di pinggir jalan. Saking sibuknya jalan-jalan sampe lupa mengisi perut. Di stasiun ropeway Daisetsuzan cuma sarapan kroket kentang, dan di Tomita farm perut diganjal hanya dengan eskrim melon. Enak sih eskrimnya, tapi yang namanya eskrim mana ngasih tenaga. Untung perut akhirnya diisi juga, jadi bisa melanjutkan perjalanan ke Sapporo dengan tenang. Untung juga dari Furano ke Sapporo bisa lewat tol, jadi bisa dikebut supaya sampe Sapporo belum terlalu malam. Karena malam ini rencana kami berempat mau pesta makan seafood di restoran all you can eat yang menyediakan kepiting Hokkaido yang terkenal lezat itu, hohoho..

Sampai di Sapporo kami berempat menuju hostel. Sudah nggak sanggup deh tidur di mobil lagi. Pengen banget rasanya tidur meluruskan badan di kasur. Hostel yang kita tempati lokasinya 10 menit jalan kaki ke stasiun Sapporo. Sekamar ada 3 kasur tingkat yang bisa diisi 6 orang. Tapi waktu itu mungkin lagi nggak banyak tamu, jadi sekamar cuma diisi kita berempat saja.

Hostel ini nggak punya toilet ataupun kamar mandi sendiri. Toilet umum ada satu disetiap lantai. Sedangkan kalau mau mandi harus ke kamar mandi umum yang hanya ada di lantai basement. Kamar mandinya ala onsen jepang, yang mandinya rame-rame tanpa sekat. Saya yang nggak nyaman berbugil ria dengan orang asing sudah deg-degan. Tapi untuuuuunng banget waktu itu hostelnya lagi sepi. Jadi mandi cuma sendiri, pake shower sambil duduk di bangku kecil. Nggak coba berendam di bak onsen sih, karena takut pas lagi asik berendam ada orang lain yang masuk kamar mandi, kan maluuu…

Oyaa.. pesta sefoodnya sangat menyenangkan (dan mengenyangkan). Nama restorannya Nanda, hmm apa ya artinya. Kok mirip nama temen saya, hehe. Disini kita makan sepuasnya semua makanan yang disediain selama 90 menit dengan membayar 2800 yen. Mahal?? Enggak banget. Karena disana kita puas2in makan kepiting Hokkaido yang spesial itu, sama udang, berbagai jenis kerang, dll sebanyak-banyaknya. Tapi 90 menit ternyata cepat sekali berlalu. Kalau mau perpanjang jadi 2 jam harus nambah sekitar 1000. Ya sudahlah, sebenernya makan segini juga udah kenyang banget. Kalo diperpanjang lagi mungkin habis ini perut bisa meledak beneran :P

Seafood tabehodai di Sapporo


Malam itu kami berempat pulang ke hostel dengan bahagia. Perut kenyang, pengalaman hari ini juga seru sekali. Udah hiking di Daisetsuzan, liat bunga di Furano, dan ditutup dengan pesta seafood di Sapporo.

Besok paginya saya harus duluan balik ke Tokyo, sedangkan teman-teman yang lain masih melanjutkan petualangan di Sapporo sampai sore. Yaahh.. kenapa ya seminar lab itu harus senin sore.. hhfff…

Liburan ke Hokkaido ini memang impulsif, tapi nggak nyesel sama sekali. Makin semangat merencanakan jalan-jalan berikutnya :D