Friday, October 26, 2012

Trip to Hokkaido (day2)


Lanjut hari ke-2 di Hokkaido yaa... Kami berempat sudah di Hakodate, kota di selatan pulau Hokkaido. Dari Sapporo ditempuh dengan mobil sejauh ~280 km. Badan masih pegal, mata masih ngantuk karena cuma tidur seadanya di dalam mobil. Dengan mata masih kriyep-kriyep, kami menuju sebuah internet café untuk numpang mandi.

Internet café di Jepang fasilitasnya lengkap. Nggak cuma menyediakan komputer yang terkoneksi ke internet, tapi juga ada komik dan majalah, kursi pijat, fasilitas shower, dan kamar untuk tidur. Kamarnya sendiri sebenarnya ruangan yang ada komputer, tapi lebih tertutup dan bisa dipakai untuk tiduran. Disediakan sarapan juga lhoo.. Menunya ada nasi putih (nasi doank, tanpa lauk), berbagai jus, teh dan kopi.

Kalo mau mandi, bayarnya disesuaikan dengan waktu mau berapa lama, dan ada paket yang digabung dengan fasilitas lain. Pas banget nih mau sekalian pijat. Paket shower+pijat ini kita udah sekalian disediakan handuk lho. Shampo dan sabun juga sudah ada di ruang shower. Lumayan buat merefresh badan dan mengurangi penat.

Badan udah segar, saatnya menjelajahi kota Hakodate. Tujuan pertama adalah stasiun Hakodate. Setelah nemu tempat parkir (untung ya parkir di Hokkaido tidak sesusah di Tokyo), kami keliling morning market tak jauh dari stasiun yang banyak jual produk seafood. Baik yang mentah maupun yang sudah dimasak. Kepiting ukuran jumbo khas Hokkaido banyak dijual disini. Restoran seafood banyak yang memajang binatang laut yang masih hidup berenang-renang di dalam akuarium. Paling banyak yang dipajang adalah jenis cumi/sotong.

Stasiun Hakodate

Kepiting Hokkaido


Sotong di aquarium display


Perut sudah lapar, restoran pilihan sudah ditetapkan. Menunya apalagi kalo bukan nasi + sashimi. Mantab nih emang Hokkaido, orang-orang disini sarapannya ikan mentah!

Dengan perut kekenyangan, kami mampir sebentar ke tourist information yang ada di dalam stasiun Hakodate. Semua info tentang tourist spot disini lengkap tersedia. Petugasnya sangat ramah, dan lumayan jago ngomong inggris. Tapi selama trip ini saya tidak khawatir masalah bahasa. Karena salah satu teman yang ikut (planner, guide, merangkap driver) jago banget bahasa jepangnya. JLPT N2 gitu yaaa.. *kapaann ya bisa jago nihongo juga

Terus terang saya nggak ngerti teman saya nanya apaan ke petugas di tourist information. Cuma ngerti waktu dia bilang “haik haik wakarimashita.. oke, yuk kita berangkat”. Hihihi.. mumpung ada guide dan translator, cukup tau beres saja!

Trus kita lanjut ke Motomachi, satu daerah yang banyak gedung yang terpengaruh budaya barat, karena daerah ini yang pertama kali terbuka untuk orang luar sekitar tahun 1854 untuk perdagangan. Ada beberapa gereja disini, seperti gereja ortodok, anglikan, dan katolik. Gedung-gedung ini dibuat di daerah ketinggian, tapi tidak jauh dari pantai. Sehingga pemandangannya bagus banget, menghadap pantai. Apalagi kalau cuaca lagi cerah seperti waktu kita kesana. Selain gereja, disini juga ada Hakodate Public Hall, yang sering jadi pusat kegiatan ala barat di zaman restorasi Meiji. Desain gedungnya meniru Eropa. Bahkan ada hall untuk dansa-dansa.

Salah satu gereja di Motomachi

Menara gereja ortodoks

Ruang dansa-dansi ala eropa di Hakodate Public Hall

Salah satu bangunan ala barat dengan latar belakang pemandangan laut


Yang menarik di Motomachi ini, terjadi persaingan ketat antar penjual softcream, atau sering disebut softo. Softo ini mirip dengan ice cream cone yang dijual di McD di Indonesia. Di Jepang, softo bermacam-macam rasanya. Mulai dari yang standar seperti rasa susu, cokelat, sampai rasa peach, lavender, melon, dll. Di motomachi ini ada 3 penjual softo yang posisinya sangat berdekatan. Jadi penjualnya berusaha membuat strategi bagaimana caranya supaya softo mereka yang paling laku. Para spg sibuk membagi-bagikan kupon diskon (walaupun diskonnya 20 yen tapi lumayan banget), dan teriak-teriak kalo softo mereka yang paling enak se-Hokkaido.

Dari Motomachi kita bergerak menuju pantai untuk foto-foto dan cari makan siang. Sebenarnya ke pantai bisa jalan kaki. Tapi capek ya kalau harus nanjak lagi buat balik ke mobil. Keliling-keliling cari parkir di sekitar pantai ternyata susah (susah dapat parkir gratisan maksudnya, hehe). Parkir berbayar sih ada, tapi demi menghemat dan dapat tempat parkir yang teduh, nekat parkir dipinggir jalan yang ada pohon rindang. Tapi malah sepanjang waktu makan siang dan foto-foto kita jadi khawatir kena tilang. Walaupun nggak ditilang, tapi nggak mau lagi deh parkir illegal. Kasihan sama teman saya yang punya SIM, nanti poin SIMnya dikurangi kalau ditilang. Bisa berabe urusannya.

Hiasan lampu jalan dekat pelabuhan


Makan siang dengan menu seadanya di resto italia. Di Jepang kalo udah nggak tau mau makan apa, memang pilihannya nggak jauh dari makanan italia. Terutama kalau sudah eneg dengan sushi-sushian. Makanan italia sering banget jadi penyelamat. Bahkan buat saya selama di Jepang ini lebih sering makan makanan italia dibanding makanan jepang. Lidah Indonesia ini emang nggak bisa nerima soyu terlalu banyak, lebih mending sama saos tomat dan tabasco.

Masih lanjut nih perjalanan, berikutnya naik ropeway a.k.a kereta gantung ke gunung Hakodate. Stasiun ropeway tidak jauh dari Motomachi, jadi kami masih muter-muter didaerah sekitar sana. Dari gunung Hakodate, kita bisa lihat pemandangan kota Hakodate yang cantikkk sekali. Apalagi kalau malam hari dan cahaya lampu kota mulai gemerlapan. Bahkan menurut wikipedia, night view dari gunung hakodate termasuk 3 night view tercantik sedunia selain di Hongkong dan Naples. Bener atau tidak harus dibuktikan sendiri J

Stasiun ropeway menuju gunung Hakodate

View kota Hakodate di siang hari

View kota Hakodate di malam hari


Tak disangka semakin malam pengunjung di gunung Hakodate semakin ramai. Mungkin karena malam minggu juga ya. Selain itu aksesnya juga gampang banget. Jangan dibayangkan naik gunung harus naik tangga yang tanpa akhir seperti ke gunung Galunggung. Pengunjung cuma perlu bayar 650 yen (kalo nggak salah, kelupaan dokumentasi harga), trus tinggal berdiri manis di dalam ropeway.

Pengujung berjibun ingin menikmati night view kota Hakodate


Di atas tersedia café yang cozy dan lumayan enak. Harga sih agak mahal, tapi masih terjangkau mengingat lokasinya di tempat wisata. Di atas gunung pula.

Di gunung Hakodate ini kita ketemuan dengan seorang teman yang lagi traveling keliling Jepang sendirian. Seru banget kayaknya, dari Tokyo ke Kanazawa, terus menyusuri pantai barat Jepang ke arah utara, sampai ke Hokaido. Tapi sendirian ya, hmm.. kesepian nggak tuh? Dari Hakodate, temen ini mau nebeng mobil kami ke Sapporo. Lalu setelah itu dia melanjutkan perjalanannya sendiri.

Jadi malam itu setelah puas keliling-keliling Hakodate, kami balik ke Sapporo. 280 km lagi! Berangkat jam 9, sampai di Sapporo lewat tengah malam, dan nggak tau mau tidur dimana! Ternyata internet café yang kami datangi di Sapporo tidak mau  menerima tamu yang bukan member. Tak satu pun dari kami yang punya membercard. Sedangkan waktu di Hakodate, internet café di sana ngebolehin aja dan nggak nanya apa-apa tentang membercard. Mungkin mereka kasihan melihat 4 cewek asing dengan muka kuyu dan badan bau, hehe.

Kami berempat ke-ce-wa! Padahal udah terbayang enaknya duduk santai di kursi pijat, trus mandi, lalu tidur di ruang komputer. Pilihan kedua, mau tidur di tempat karaoke. Tapi ternyata biaya karaoke di Sapporo mahal. Dan kami para mahasiswa modal duit beasiswa nggak mau keluar duit banyak cuma buat tidur di kursi karaoke.

Setelah menimbang-nimbang, dengan nekat (duh sering banget nih pake kata ‘nekat’, harusnya cerita perjalanan ini dibuat judulnya “balada 4 cewek nekat di Hokkaido”, hehe). Oke, dengan nekat kami melanjutkan perjalanan ke taman nasional Daisetsuzan, karena besoknya berencana hiking ke gunung Asahidake, yang merupakan gunung tertinggi di Hokkaido. Jam 3 pagi nggak ada lagi yang sanggup nyetir. Dan kami menginap di rest area (lagi), dengan mengambil posisi tidur seadanya di dalam mobil. Nggak kedinginan?? Bangeett. Saya inget terbangun dua kali sambil setengah menggigil. Lalu benerin pashmina dan mencoba tidur lagi. Yahh namanya juga ngantuk, kondisi gimana pun pasti tertidur juga.







Monday, October 22, 2012

Hokkaido: Sapporo - Hakodate (day1)


“Ourjapanadventures” yang pertama dimulai dengan cerita perjalan ke daerah utara Jepang: Hokkaido!

Keputusan ke Hokkaido ini impulsif banget. Saya malah waktu itu sedang heboh pindahan dari asrama ke apato. Pindahan di Jepang tidak segampang pindahan kos di Bandung. Banyak sekali dokumen dan printilan yang harus diurus, belum lagi packing dan unpacking barang yg melelahkan.

Di saat kehebohan itu, ada teman yang mengajak  untuk weekend getaway ke Hokkaido. Berangkat jumat malam, pulang senin malam (bolos ngampus senin, heuheu..). Setelah menimbang sekilas, dan cukup pede bisa beres pindahan sebelum weekend, saya setuju dan langsung beli tiket Air Asia Tokyo-Sapporo return. Tapi sayang harus reschedule tiket pulang jadi senin pagi, karena baru ingat senin sore itu harus hadir di seminar lab. Saking semangatnya mau jalan-jalan, sampai lupa kalau senin sore ada jadwal seminar -__-!!

Pada hari keberangkatan, jam 1.30 siang sudah kabur dari kampus. Pulang ke apato sebentar untuk mengambil koper dan langsung menuju bandara Narita. Air Asia Japan sepertinya agak aneh berbeda, domestic flight ada di Narita, sedangkan international flight di bandara Haneda. Berkebalikan dengan airlines di Jepang pada umumnya. Di Narita pun, gate keberangkatan untuk Air Asia ada di arrival hall. Dua orang teman yang ikut trip ini sempat kebingungan sebelum akhirnya bisa ketemu di gate.

Anehnya Berbedanya lagi, lokasi counter checkin Air Asia tersembunyi. Saya sampai kebingungan mau check in di mana, lalu telat check in dan harus bayar denda 1000 yen. Hfff.. ya sudahlah, yang penting bisa berangkat.

Singkat kata, saya dan 2 orang teman lainnya terbang ke Sapporo, sedangkan 1 orang teman lagi sudah menunggu di bandara Shin Chitose, Sapporo. Selama perjalanan di Hokkaido kami berempat menyewa mobil. Supaya lebih gampang dan fleksible mau kemana-mana. Melihat rencana perjalanan yang padat banget, sangat repot kalau harus mengandalkan kereta.

Bandara Shin Chitose, Sapporo

Dari bandara, kami naik bus yang disediakan oleh pihak rental mobil ke tempat mengambil mobil. Hmm.. sebenarnya banyak hal menarik untuk diceritakan pada saat mengambil mobil. Tapi sebaiknya diceritakan terpisah mengenai detail menyewa mobil di Jepang.

Di counter penyewaan mobil di bandara

JR Eki Rental Car

Dari Shin Chitose, 1 mobil Honda Fit (mirip dengan Honda Jazz) yang isinya 4 cewek nekat langsung menuju Hakodate yang jaraknya ~280 km. Menyetir di jalan tol di Jepang sangat nyaman. Kondisi jalan bagus, rambu-rambu jelas, dan pengguna jalan tidak ada yang ugal-ugalan. Saking nyamannya malah jadi bosan, hehehe. Mungkin karena malam hari, kiri-kanan juga nggak ada yang bisa dilihat.

Sampai di Hakodate sekitar jam 2 pagi. Kami tidak berencana mencari tempat penginapan karena berencana tidur di mobil saja. Keluar dari tol, cari kombini untuk parkir, dan masing-masing mencari posisi tidur seadanya. Lumayan pegel dan dingin. Walaupun siang hari cukup hangat sekitar 25 C, tapi ternyata cuaca di malam hari sangat jauh berbeda. 12-14 C saja! Saking dinginnya, kadang2 jadi terbangun kedinginan. Tidak ada yang persiapan bawa selimut. Menahan dingin hanya dengan jaket dan pashmina tipis. Haha, menyiksa diri.



Friday, October 19, 2012

Jalan-jalan lagi, menulis lagi


Sudah hampir setahun vakum ngeblog. Alasan selalu saja ada. Kemaren ini terutama karena kerasnya perjuangan hidup di Tokyo *lebay*, sampai-sampai tidak punya daya upaya lagi untuk menulis.

Tapi, pengalaman kelam sudah berlalu. Saya sudah pindah ke tempat yang baru (walaupun masih di universitas yang sama), dengan semangat baru untuk lebih menikmati hidup selama tinggal di Jepang.

Salah satu cara menikmati hidup di Jepang ya dengan jalan-jalan. Kemudahan transportasi disini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Makanya tercetus ide membuat blog baru “ourjapanadventures” yang direncanakan akan fokus dengan cerita pengalaman bertualang selama saya tinggal di Jepang. Enaknya jalan-jalan itu dibarengi dengan makan-makan. Tapi sayangnya saya benci nggak cocok dengan makanan jepang yang umumnya nggak ada rasa itu.

Okee.. mari rajin memasak dan semangat menabung, biar duit beasiswa bisa diirit dan bisa jalan-jalan lebih sering.