Tuesday, February 4, 2014

Ski di Minakami, Gunma

Berawal dari nonton sebuah liputan di NHK world tentang operator outdoor sport di daerah Gunma. Ceritanya operator ini menyediakan kursus ski dan snowboarding dengan instruktur berbahasa inggris. Kebetulan banget saya dan hubby sangat ingin mencoba ski di winter tahun ini.

Sebenarnya kita dulu sudah pernah mencoba main ski waktu saya masih di Sendai. Waktu itu sih nekat saja mencoba walaupun nggak tau caranya sama sekali. Jadinya cuma pasang alat ski, coba meluncur, jatuh berkali-kali, frustasi, dan akhirnya main salju saja. Makanya kalau mau coba ski lagi, harus belajar dulu supaya bisa menikmati.

Dulu waktu di Sendai, lokasi ski cukup dekat. Hanya perlu naik bus 1 jam ke daerah Yamagata. Sedangkan kalau di Tokyo, karena cuacanya lebih hangat dibanding Sendai, kita harus menempuh perjalanan yang jauh untuk mencapai ski resort terdekat.

Setelah cari info sana-sini, saya dan hubby memutuskan untuk main ski ke tempat yg terdekat dari Tokyo yang bisa diakses dengan mobil, sehingga tidak perlu menginap. Lumayan buat menghemat biaya penginapan. Saya mengajak beberapa teman untuk ikut. Tujuannya supaya bisa patungan sewa mobilnya.

Salah satu lokasi terdekat adalah di Minakami, di prefektur Gunma. Instrukturnya dari info yang ada di NHK dulu itu (infonya bisa dilihat di http://canyons.jp). Kami memilih Hodaigi Ski Resort, salah satu ski resort terbesar di daerahnya, tak jauh dari kantor Canyons, operator yang menyediakan instruktur ski/snowboard. Jaraknya sekitar 180 km dari Tokyo. Lumayan dekat, apalagi sebagian besar adalah jalan tol. Total berdelapan kami menuju Gunma. Sayang, perjalanan terhambat karena macet di jalan tol. Sepertinya kalau akhir minggu banyak warga Tokyo yang melarikan diri dari kota untuk berlibur. Termasuk rombongan kami juga sih. Di jalan juga sering terlihat mobil yang membawa peralatan ski dan snowboard yang diletakkan di atap mobil.

Sampai di lokasi ski sudah jam makan siang. Sebelum mulai kursus, kami mengisi perut yg sudah keroncongan. Orang tumpah ruah dan antri panjang di restoran yang disediakan ski resort. Untungnya kita sudah siap dengan perbekalan makanan yg melimpah. Walaupun cuma makan di mobil, tapi perut kenyang dengan makanan sesuai lidah Indonesia. Ski trip ini kayaknya lebih mirip piknik, karena yg ikut lebih heboh menyiapkan makanan yang dibawa daripada menyiapkan diri untuk main ski.

Peralatan ski disewa di tempat ski. Juga pakaian (jaket dan celana), kupluk, google, sarung tangan, dll. Butuh waktu lumayan lama juga untuk mempersiapkan alat-alat ini. Untuk 7 orang (6 orang ski + 1 orang snowboard), butuh waktu sekitar 45 menit untuk memastikan semua alat siap dengan ukuran yang sesuai.

Jam 1 siang, kursus dimulai. Instrukturnya mas-mas bule yang tinggi banget. Dia cukup sabar mengajar kami berenam yang dodol dan nggak tau apa-apa. Dimulai dengan memasang alat dengan benar. Lalu diajari gimana cara memutar badan, berjalan di atas salju, bagaimana cara meluncur dan mengerem, terakhir diajari cara berbelok. Kami cuma mengambil paket belajar 2 jam (setengah hari). Walaupun cuma 2 jam, rasanya sudah capek banget.

Full team, di Hodaigi Ski Resort, Minakami, Gunma

Setelah kursus dan istirahat sebentar, saya mencoba lagi teknik-teknik yang sudah dipelajari tadi. Yah, menurut saya lumayan buat yang baru belajar ski 2 jam. Minimal sudah bisa meluncur dan berhenti tanpa harus menjatuhkan diri, walaupun hanya di slope yang agak datar. Belum berani naik lift ke atas dan meluncur sendiri, karena di slope yang lebih curam belum bisa mengontrol arah dan berhenti sesuai keinginan.

Jam 4 sore kami mengembalikan alat dan baju yang dipinjam, karena semuanya sudah capek termasuk hubby yang ikut kursus snowboard. Lutut dan jempol kaki rasanya sudah ngilu. Sekalian saja kami ke tempat onsen, untuk berendam melemaskan otot-otot yang sudah dipaksa kerja seharian main ski. Dan memang ternyata orang Jepang biasanya suka ke onsen setelah main ski.

Lokasi onsen hanya berjarak sekitar 12 km dari tempat ski. Namanya Yuterume Tanigawa onsen. Biaya masuknya lumayan murah. Selain onsen indoor, juga ada onsen outdoor. Ternyata onsen malam terasa lebih enak, karena gelap sehingga orang lain tidak begitu kelihatan. Males juga liat orang-orang ramai berbugil ria. Saya sempat mencoba yang outdoor, dan rasanya nikmat banget. Berendam sambil mendengar gemericik air sungai. Badan juga terasa jadi lebih rileks.

Perjalanan kembali ke Tokyo membutuhkan waktu sekitar 3 jam, sudah termasuk berhenti di rest area untuk jajan makan malam. Sampai di Tokyo bisa langsung tidur karena tadi sudah mandi di tempat onsen. Besoknya baru terasa badan pegal linu sisa dari ski kemaren. Tapi sakit-sakit badan kali ini tidak separah waktu habis main ski dulu di Sendai. Saya masih bisa sepedaan sorenya ke taman Ueno untuk nongkrong menikmati cuaca sore di pinggir kolam shinobazu.


Pastinya mengambil kursus ski ini membuat saya tidak kapok main ski, malah jadi pengen mancoba lagi. Mudah-mudahan bulan Maret depan masih sempat mencoba ski sekali lagi untuk tahun ini.