Waahhh
sudah hari ketiga nih di Hokkaido. Saya dan tiga teman lainnya sudah dalam
perjalanan ke Taman Nasional Disetsuzan. Menurut japan-guide.com, taman
nasional ini termasuk yang paling alami, dan gunung Asahidake yang ada disini
merupakan gunung tertinggi di Hokkaido.
Habis
tidur 3-4 jam di dalam mobil di rest area, kami lanjut ke Disetsuzan. Sudah
tidak melewati jalan tol lagi, tetapi jalan pegunungan yang menanjak dan
berbelok. Sampai di stasiun ropeway Daisetsuzan jam 9 pagi, pas banget dapet
parkir terakhir yang dekat dengan stasiun ropeway. Mobil setelahnya harus rela
parkir cukup jauh, hihi.
Langsung
kita berempat menyerbu toilet buat sikat gigi dan cuci muka. Toiletnya kecil
dan nggak ada shower untuk mandi. Kalaupun ada shower, kayaknya nggak ada yang
berani mandi karena airnya dingin banget. Ada yang sempat ngelap-lap badan pake
tissue mandi. Kalo buat saya yang penting wangi dan bedakan, jadi cukup pake parfum dan ganti baju saja. Udah merasa
seger lagi. Hehe.
Lagi-lagi
naik gunung kali ini kita naik ropeway. Kalo di terjemahin ke Indonesia,
mungkin ropeway itu kereta gantung ya. Satu ropeway bisa muat banyak orang,
mungkin 30 orang. Keberangkatannya tiap 15 menit. Dari titik keberangkatan
sampai tujuan butuh waktu 8-10 menit. Lumayan bisa menikmati pemandangan taman
nasional dari dinding kaca ropeway. Karena udah akhir September sebenernya kita
berharap di sini sudah mulai ada perubahan warna daun jadi kuning atau merah.
Ternyata tahun ini di Jepang musim gugur telat 1-2 minggu. Daun di pepohonan
masih hijau. Belum berjodoh deh kayaknya menikmati musim gugur di Daisetsuzan.
Mungkin artinya lain kali harus ke sini lagi ya.
Pemandangan dari dinding kaca ropeway
Tempat
pemberhentian ropeway merupakan titik awal jalur hiking. Ada jalur hiking
mengelilingi daerah sekitar gunung Asahidake (ini yang kita ambil, butuh waktu
1-1,5 jam), dan jalur hiking yang lanjut sampai ke puncak gunung yang butuh
waktu 4-5 jam.
Pengunjung
yang datang bisa memilih antara kedua jalur ini. Tapi yang namanya orang
jepang, walaupun hiking-nya nggak sampai ke puncak, tetap style-nya all out
seperti orang mau ke gunung fuji. Sepatu khusus hiking, tongkat, jaket anti
angin, dan asesoris bermerek montbell, northface, dkk. Sedangkan kami
berempat?? Hehe, hanya pake jeans, jaket dan sepatu kets. Jadi tau diri ya
nggak mau nekat sampe ke puncak. Apalagi mengingat kondisi udah 2 hari kurang
tidur. Bisa-bisa semaput di perjalanan.
Bapak2 jepang lagi sibuk motret pemandangan
Gunung Asahidake di Daisetsuzan National Park
Habis
keliling dan foto-foto, saatnya balik ke stasiun ropeway dan balik ke mobil.
Perjalanan masih panjang. Tujuan berikutnya adalah melihat aneka bunga di
Furano. Furano ini kota yang terkenal di Hokkaido karena jadi setting dorama
jepang jaman baheula yang terkenal banget, judulnya Kita No Kuni Kara, atau
terjemahannya ‘dari negeri utara’. Konon (belum pernah nonton, makanya ditulis
konon :P) di dorama ini pemandangannya bagus banget, terutama pemandangan kebun
lavender yang luas.
Furano
memang identik dengan lavender yang mekar di musim panas. Tapi kita kesana kan
akhir September ya, musim panas udah lewat, musim gugur belum mulai. Furano
nggak hanya ada lavender saja, tapi juga berbagai jenis bunga lainnya. Mekar
tiap bunga beda-beda tergantung musim.
Setelah
muter-muter kota Furano karena nyasar dan mampir ke pos polisi untuk nanya2,
kami memutuskan ke Tomita Farm. Salah satu perkebunan terkenal disini. Kebunnya
luas banget. Selain kebun bunga-bungaan outdoor, mereka juga punya taman indoor
yang berisi koleksi tanaman yang tetap mekar walaupun bukan musimnya. Juga ada
berbagai produk olahan dari lavender, dan display room yang berisi bunga-bunga
kering yang ditata cantik sekali.
Pemandangan di Tomita Farm, Furano
Display bunga kering di Tomita Farm
Sudah
puas yaaa liat bunga-bungaan di Furano. Saatnya melanjutkan perjalanan. Masih
140 km lagi lho ke Sapporo. Di perjalanan sempat mampir dulu di restoran di
pinggir jalan. Saking sibuknya jalan-jalan sampe lupa mengisi perut. Di stasiun
ropeway Daisetsuzan cuma sarapan kroket kentang, dan di Tomita farm perut
diganjal hanya dengan eskrim melon. Enak sih eskrimnya, tapi yang namanya
eskrim mana ngasih tenaga. Untung perut akhirnya diisi juga, jadi bisa melanjutkan
perjalanan ke Sapporo dengan tenang. Untung juga dari Furano ke Sapporo bisa
lewat tol, jadi bisa dikebut supaya sampe Sapporo belum terlalu malam. Karena
malam ini rencana kami berempat mau pesta makan seafood di restoran all you can
eat yang menyediakan kepiting Hokkaido yang terkenal lezat itu, hohoho..
Sampai
di Sapporo kami berempat menuju hostel. Sudah nggak sanggup deh tidur di mobil
lagi. Pengen banget rasanya tidur meluruskan badan di kasur. Hostel yang kita
tempati lokasinya 10 menit jalan kaki ke stasiun Sapporo. Sekamar ada 3 kasur
tingkat yang bisa diisi 6 orang. Tapi waktu itu mungkin lagi nggak banyak tamu,
jadi sekamar cuma diisi kita berempat saja.
Hostel
ini nggak punya toilet ataupun kamar mandi sendiri. Toilet umum ada satu disetiap
lantai. Sedangkan kalau mau mandi harus ke kamar mandi umum yang hanya ada di
lantai basement. Kamar mandinya ala onsen jepang, yang mandinya rame-rame tanpa
sekat. Saya yang nggak nyaman berbugil ria dengan orang asing sudah deg-degan.
Tapi untuuuuunng banget waktu itu hostelnya lagi sepi. Jadi mandi cuma sendiri,
pake shower sambil duduk di bangku kecil. Nggak coba berendam di bak onsen sih,
karena takut pas lagi asik berendam ada orang lain yang masuk kamar mandi, kan
maluuu…
Oyaa..
pesta sefoodnya sangat menyenangkan (dan mengenyangkan). Nama restorannya
Nanda, hmm apa ya artinya. Kok mirip nama temen saya, hehe. Disini kita makan
sepuasnya semua makanan yang disediain selama 90 menit dengan membayar 2800
yen. Mahal?? Enggak banget. Karena disana kita puas2in makan kepiting Hokkaido
yang spesial itu, sama udang, berbagai jenis kerang, dll sebanyak-banyaknya.
Tapi 90 menit ternyata cepat sekali berlalu. Kalau mau perpanjang jadi 2 jam harus
nambah sekitar 1000. Ya sudahlah, sebenernya makan segini juga udah kenyang
banget. Kalo diperpanjang lagi mungkin habis ini perut bisa meledak beneran :P
Seafood tabehodai di Sapporo
Malam
itu kami berempat pulang ke hostel dengan bahagia. Perut kenyang, pengalaman
hari ini juga seru sekali. Udah hiking di Daisetsuzan, liat bunga di Furano,
dan ditutup dengan pesta seafood di Sapporo.
Besok
paginya saya harus duluan balik ke Tokyo, sedangkan teman-teman yang lain masih
melanjutkan petualangan di Sapporo sampai sore. Yaahh.. kenapa ya seminar lab
itu harus senin sore.. hhfff…
Liburan
ke Hokkaido ini memang impulsif, tapi nggak nyesel sama sekali. Makin semangat
merencanakan jalan-jalan berikutnya :D