Selama tiga hari di pulau Kyushu, saya dan hubby menginap di camping ground di kaki gunung Kuju, lalu pindah ke pulau kecil Nokama karena besoknya mau menyeberang ke Nagasaki. Sampai di Nagasaki masih siang, langsung menuju museum bom atom. Museumnya sangat keren dan mendokumentasi dengan baik tentang peristiwa bom atom tanggal 9 Agustus 1945 yang jatuh di kota ini, juga informasi lengkap dengan pengembangan teknologi bom atom yang saat ini sedang dikampanyekan untuk dihapus.
Replika "Fatman", bom atom yang dijatuhkan di Nagasaki
Buat yang hobi wisata sejarah, di Nagasaki juga ada Dejima, pulau buatan di jaman Edo (pemerintahan Shogun Tokugawa) untuk berdagang dengan Belanda selama 200 tahun. Saya baru tahu kalau hasil bumi kita saat dijajah Belanda selama 350 tahun banyak yang dibawa ke Nagasaki.
Di Nagasaki kita sengaja menginap di hotel di atas bukit supaya bisa menikmati pemandangan kota di malam hari, yang katanya termasuk night view terbaik di Jepang.
View kota Nagasaki dari jendela hotel
Tiba saatnya meninggalkan pulau Kyushu kembali menuju pulau Honshu, menyetir 400an km dari Nagasaki ke Hiroshima. Sampai di Hiroshima sudah cukup sore, tapi masih sempat melihat-lihat kastil Hiroshima sambil mencari coin laundry. Saya dan hubby hanya membawa stok pakaian untuk seminggu, sedangkan kita traveling selama dua minggu. Apalagi saat musim panas baju jadi cepat bau keringat dan pengen sering ganti baju. Coin laundry jadi penyelamat untuk saat begini.
Kita sengaja menginap dua malam di Hiroshima supaya bisa mengunjungi museum bom atom dan main ke pulau Miyajima dengan lebih santai. Mirip dengan museum di Nagasaki, museum di sini juga mendokumentasikan kejadian bom atom yang dijatuhkan di kota ini saat perang dunia kedua. Sayangnya sebagian gedung sedang direnovasi sampai tahun depan, jadi koleksi yang ditampilkan di sini terlihat lebih sedikit dibanding museum di Nagasaki. Untung mengunjungi kedua museum, jadi cerita yang diperoleh bisa komplit. Hehe, saya memang hobi mengunjungi museum, walaupun belum termasuk museum mania. Hobi yang kadang bikin si hubby sewot, tapi walaupun sewot dia tetap mau nemenin istrinya masuk keluar museum.
Memotret A-Bomb Dome, Hiroshima
Di Miyajima ada gerbang Tori raksasa yang seakan mengapung di atas laut. Awalnya sih kita berdua skeptis, menganggap pemandangannya akan begitu-gitu aja. Ternyata Miyajima tuh beneran cantik. Pantas saja dinobatkan jadi satu dari tiga pemandangan terbaik di Jepang. Apalagi kalau bisa melihat si gerbang Tori saat pasang naik dan saat pasang turun, terasa sekali beda feeling-nya. Disini juga bisa naik ke gunung Misen menggunakan ropeway. Pas banget saat itu lagi cerah, dari puncak gunung Misen bisa lihat pemandangan Seto Inland Sea, laut yang memisahkan pulau Honshu, Kyushu dan Shikoku.
Tori Gate Miyajima saat high tide dan low tide
Lumayan puas jadi turis di Hiroshima, kita lanjut menuju Matsue di Shimane Prefecture. Di Matsue tak banyak yang dikunjungi kecuali kastil Matsue yang masih orisinil bukan rekonstruksi, sama kondisinya dengan saat dibangun tahun 1600an dengan struktur kayu. Di kanal sekitar kastil juga ada sightseeing boat, yang bapak pendayungnya sekalian jadi duta wisata Matsue dan jago menyanyi Enka (keroncong ala Jepang). Kota Matsue sendiri sih sepi, baca di wikipedia kota ini adalah ibukota prefektur dengan jumlah penduduk paling sedikit. Dan kota ini beneran sepi, di sekitaran stasiun tak banyak orang, bahkan di pusat kota tidak terlihat orang menyeberang jalan.
Kastil Matsue
Dari Matsue lanjut ke arah timur menuju Kinosaki Onsen via Tottori. Di Tottori tak lupa mampir ke gurun pasir terluas di Jepang, Tottori Sand Dune. Katanya gurun pasir ini terbentuk dari sedimen yang terbawa oleh sungai, dibantu oleh angin dan pasang surut air laut selama ribuan tahun.
Gurun pasir di Tottori
Onsen hopping di Kinosaki Onsen, Hyogo